Friday, June 5, 2009

Menggugat Hasil Survei LSI

Gerindra Nilai Hasil Survei LSI Black Campaign, begitulah judul salah satu berita yang dimuat oleh detiknews. Saya tidak terkejut dengan judul berita tersebut. Yang ada dalam pikiran saya adalah rasa heran terhadap para politisi. Dan rasa heran tersebut semakin berambah kuat ketika saya menuntaskan membaca berita tersebut. Heran karena perilaku para politisi tidak berubah dan tidak berusaha memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.

"Boleh-boleh saja survei, tapi jika digunakan untuk kampanye salah satu kandidat itu tidak boleh, karena meremehkan kandidat yang lain. Itu bisa disebut dengan black campaign," ujar anggota dewan pembina partai Gerindra, Haryanto Taslam ketika ditemui detikcom, di Mega-Prabowo Center, Jl Prapanca raya, Jaksel, Kamis (05/06/09) malam. Itulah bunyi kutiban pernyataan salah satu poltisi senior tersebut.


Yang dimaksud dengan survei tersebut adalah hasil survei Lembaga Survei Indonesia yang dipublikasikan dalam situsnya dengan judul "ISU-ISU PALING MENDESAK DAN POSITIONING CITRA CAPRES-CAWAPRES." Dalam publikasi hasil survei terbaru tersebut (survei dilakukan pada tgl 25 - 30 Mei 2009) disebutkan bahwa pasangan SBY-Boediono jauh pengguli dua pasangan capres-cawapres yang lain. Dengan pertanyaan, "Seandainya Pemilihan Presiden diadakan sekarang ini, dari nama-nama berikut, SBY, JK, dan Mega (Capres saja tanpa menyebutkan cawapres, siapakah yang akan Bpk/ Ibu/ Sdr pilih?" 71% responden memilih SBY, 16,4% memilih mega, 6% memilih JK, dan 6,6% menjawab tidak tahu.

Bagaimana kalau pilihannya adalah pasangan capres-cawapres? Kalau yang diajukan adalah pasangan capres-cawapres maka hasilnya adalah pasangan SBY-Boediono mendapat dukungan 70%, Mega-Prabowo mendapatkan dukungan 18%, pasangan JK-Win mendapatkan dukungan 7%, sedang selebihnya, yaitu 5% menjawab tidak tahu.

Kenapa penyebutan nomor urut pasangan tidak sesuai dengan nomor urut yang ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), yaitu pasangan Mega-Prabowo dengan nomor urut 1, SBY-Boediono dengan nomor urut 2, dan JK-Win dengan nomor urut 3? Pengurutan nomor urut capres-cawapres sebagaimana yang dipublikasikan oleh LSI adalah karena ketika dimulai survei (tanggal 25 Mei) nomor urut pasangan capres-cawapres belum ditetapkan.

Lembaga survei mendapatkan hasil di atas dengan metode ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan. Maka menggugat hasil survei yang menggunakan metode ilmiah harus menggunakan metode yang ilmiah atau dengan data yang ilmiah juga. Haryanto Taslam, atau yang akrab disapa dengan "Hartas" menyebutkan bahwa mereka juga melakukan penelitian. Penelitian tersebut untuk kebutuhan internal sehingga tidak dipublikasikan. Dengan kata lain Hartas dkk punya data juga yang dihasilkan secara ilmiah. Kenapa data tersebut tidak dipublikasikan untuk mengkounter data LSI? Jangan-jangan data internal tersebut sama dengan data yang dipublikasikan oleh LSI?

Dan ada hal lagi yang perlu dicamkan. Apakah sebuah lembaga survei seperti LSI akan mengorbankan nama besar dan kredibelitasnya dengan merekayasa hasil survei? Sebuah lembaga survei yang melakukan kesalahan dalam melakukan survei akan kehilangan kredibelitasnya. Kalau sebuah lembaga survei sudah kehilangan kredibiltas maka ia akan tidak dipercaya lagi, baik oleh masyarakat ataupun oleh para poltisi yang hendak menggunakan jasanya. Jadi walaupun lembaga survei mendapatkan dana untuk kebutuhan surveinya dari salah saru parpol atau kandidat ia tidak akan pernah merekayasa hasil surveinya.

Di sinilah bedanya dengan Tim Sukses. Banyak dari anggota tim sukses yang memberikan data berdasarkan klaim semata dan sulit untuk dibuktikan. Mereka akan cenderung membesar-besarkan kandidat yang didukungnya. Karena kalau tidak, maka ia bisa tidak dipercaya lagi, karena ia tidak mampu menggalang dukungan. Jadi antara anggota tim sukses dan lembaga survei mempunyai prinsip yang cenderung berbeda.

Kalau begitu, apa yang harus dilakukan oleh Tim Sukses, atau statemen seperti apa yang harus dilontarkan, jika hasil survei tidak menguntungkan bagi kandidat yang perjuangkan? Dia lebih bijaksana kalau mengatakan "terima kasih atas masukan yang disampaikan lembaga survei. Masih ada beberapa hari yang bisa kami gunakan untuk memperbesar dukungan dari masyarakat. Pilihan masyarakat sangat dinamis sehingga semuanya masih bisa berubah sampai hari pemilihan nanti"

Saya pernah menjadi anggota tim sukses. Saya juga pernah ikut melakukan survei yang dilakukan oleh salah satu lembaga survei. Dan tulisan saya ini bukan bentuk dukungan kepada pasangan calon yang diprediksikan menang. Saya hanya ingin agar para poltisi memberikan pendidikan poltik yang baik kepada masyarakat. Dukun atau para normal memperkirakan calon A atau B akan menang, tapi para poltisi tidak terlalu merisaukannya. Tapi kenapa lembaga survei yang menggunakan metode ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan malah dituduh macam-macam?

Kalau dilihat dari sisi lain bisa dikatakan, bahwa para poltisi lebih takut dengan publikasi hasil survei karena sesungguhnya mereka mempercayai hasil survei tersebut. Sedang mereka tidak terlalu merisaukan apa yang dikatakan oleh para normal atau dukun karena mereka memang tidak terlalu percaya dengan apa yang diomongka oleh para normal ataupun dukun.

Sebenarnya masih ingin menulis yang lebih panjang lagi. Tapi karena saya harus harus berjuang dalam kontes Z TECH V 5 Mesin Absen Terbaik dan Ekonomis, maka tulisan ini saya sudahi sampai di sini dulu. Trims

Artikel Terkait:

Masukkan Email Untuk Berlangganan

0 komentar:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda! Saya Akan Sangat Senang Bila Anda Melakukannya. Tapi Ingat!!! Komentar Yang Membangun ya?. Trims.