Tuesday, October 20, 2009

Mengembalikan Jati Diri Bangsa

Mengembalikan Jati Diri Bangsa. Itulah kata kuci yang dikonteskan oleh BeritaJitu.com. Info tersebut saya peroleh dari dari seorang teman bernama Dedy Fajar. Aku sebenarnya sudah tidak begitu aktif lagi di blog. Ini berkaitan dengan dana yang sedang menipis. Tapi informasi dari Dedy tadi membuat aku tertarik untuk menulis, paling tidak untuk meng-up date blog ini.

Membicarakan jati diri bangsa merupakan hal cukup memusingkan bagiku. Kalau berbicara tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia maka kita sebutkan bahwa, Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Karena letaknya yang berada di antara dua benua, dan dua samudra, ia disebut juga sebagai Nusantara (Kepulauan Antara). Terdiri dari 17.508 pulau, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

Tapi ketika berbicara bangsa, aku sedikit bingung. Negara kita paling tidak terdiri dari 300 kelompok etnis. tiap etnis memiliki budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, dan Eropa, termasuklah kebudayaan sendiri yaitu Melayu.

Saya jadi teringat dengan salah satu diskusi yang aku ikuti pada saat bulan Ramadhan lalu. Sebuah diskusi yang yang diadakan oleh beberapa kader muda HMI yang menamakan diri mereka dengan "Madzhab Djaeng". Diskusi tersebut membahas tentang hubungan antara Indonesia dan Malaysia yang sedang memanas. Pembicara dalam diskusi tersebut adalah Yusli Effendi, seorang pengajar di Jurusan Hubungan Internasional UMM.

Salah poin yang disampaikan oleh sang pembicara adalah bahwa ditengan kondisi yang mengglobal seperti sekarang, di mana gejala homogenisasi begitu kuat, setiap negara membutuhkan suatu identitas sebagai pembeda, yang membuatnya memiliki ciri khusus yang mudah diingat.

Malaysia tidak banyak memiliki hal yang bisa membuatnya dianggap berbeda dari negara yang lain. Untuk itu dia mencari-cari hal tersebut. Dan karena tidak dapat, maka ia mengambilnya dari negara yang mempunyai kesamaan, yaitu Indonesia.

Dan kalau kita hubungkan dengan tema "Mengembalikan Jati Diri Bangsa" yang sedang kita bicarakan, maka kita diharuskan untuk mengembangkan yang ada pada kita. Yang ada itu bukan hanya bersifat fisik seperti Batik, tapi juga bagaimana kita berpikir, merasa dan bertindak.

Kayaknya itu dulu....

Artikel Terkait:

Masukkan Email Untuk Berlangganan

0 komentar:

Post a Comment

Berikan Komentar Anda! Saya Akan Sangat Senang Bila Anda Melakukannya. Tapi Ingat!!! Komentar Yang Membangun ya?. Trims.