Sekitar setahun yang lalu saya diajak teman untuk pergi salah satu kabupaten di Jawa Timur (sebenarbya sih... domisili di jatim juga. Yang saya maksud adalah saya diajak ke kabupaten lain). Ajakan tersebut sangat mendadak dan kita kami harus pergi pada saat itu juga. Teman tersebut mengatakan bahwa ada urusan mendesak sehingga kita tidak bisa menunggu esok hari. Waktu habis maghrib. Kami kemudian berangkat sekita jam 10 malam dengan menggunakan bis.
Urusan penting tersebut terkait dengan kemungkinan gagalnya salah satu pasangan calon bupati-wakil bupati dalam verifikasi KPUD. Ada sedikit masalah pada administrasi sang calon wakil bupati yang bisa menyebabkan gugurnya calon pasangan tersebut. Untuk itu kami diharapkan datang untuk ikut membantu agar proses verifikasi berjalan lancar dan pasangan tersebut bisa lolos. Mungkin cerita ini terlalu didramatisir. Tapi itulah yang diminta dari kami pada waktu itu.
Sang calon bupati sendiri merupakan salah seorang dosen saya, walaupun saya sudah lama sekali tidak mengikuti pelajaran beliau dan sudah lama sekali juga saya dan dia tidak bertemu. Kalau tidak salah, terakhir saya bertemu dengannya 6 tahun lalu, pada saat salah seorang dosen saya dirawat di rumah sakit.
Karena faktor sang dosen ini pulalah saya mau datang. Dalam pandangan saya dia adalah sosok dan figur yang baik. Persoalan kelayakan saya belum tahu betul. Toh hal tersebut harus diperbandingkan dengan para rival. Bisa jadi dia bukanlah orang yang betul-betul layak. Tapi ketika diperbandingkan dengan rival-rivalnya dia bisa jadi adalah orang yang paling layak.
Sang dosen sudah bekerja keras dan kerja cerdas untuk pencalonan ini. Menjadi tragis kalau ia gagal karena calon wakilnya, dan bukan karena dia pribadi.
Sekita jam 02 pagi kami sampai di kabupaten tersebut. Sesampainya di rumah salah seorang penyokong dana, jaringan, dan strageti sang dosen, kami langsung browsing di internet mencari dan mempersiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk bertemu dengan sang dosen dan tim. Dengan berusaha mengusir penat di badan kamipun sencari satu per satu bahan yang akan kami presentasikan.
Setelah sarapan pagi kamipun langsung berangkat menuju markas sang dosen. Kami berangkat menggunakan mobil ambulance yang biasa dipakai oleh tim sang dosen untuk memberikan pelayanan gratis bagi warga miskin. Saya sendiri baru pertama kali itu naik mobil ambulance.
Sesampainya di markas atau posko sang dosen, kami langsung dipertemukan dengan dia dan langsung berbincang-bincang dengannya. Suasana yang ada di posko terkesan suram dan tidak mengenakkan. Semua orang berfikir keras, dan juga mungkin pusing tujuh keliling. Begitu juga dengan sang dosen.
Menyikapi kasusnya ini sang dosen hanya ngobrol dengan ketawa-ketawa kecil. Dia berkata kepada kami kenapa ia ketawa saja ketika sedang menghadapi masalah yang begitu besar. Ia berkata, "puncak kesedihan adalah ketawa dan puncak kebahagiaan adalah menagis."
Singakt cerita, sang dosen dan pasangannya lolos verifikasi KPUD dan akhirnya bablas menjadi pemenang pemilihan bupati. Dalam pertemuan setelah pleno KPUD yang menetapkan sang dosen dan wakilnya sebagai bupati dan wakil bupati terpilih, di sana banyak air mata yang keluar. Itulah puncak kebahagiaan.
0 komentar:
Post a Comment
Berikan Komentar Anda! Saya Akan Sangat Senang Bila Anda Melakukannya. Tapi Ingat!!! Komentar Yang Membangun ya?. Trims.