Thursday, July 2, 2009

Mempertanyakan Independensi Lembaga Survei

Beberapa lembaga survei telah merilis temuan survei terkait dengan Pemilu Presiden 2009. Rilis lemabaga survei dianggap menguntungkan pasangan capres-cawapres tertentu. Apalagi diketahui bahwa survei yang dilakukan oleh lembaga survei didanai oleh salah satu pasangan capres-cawapres.

Kalau kita mengkaji tentang lembaga survei kita akan menemukan bahwa bebrapa lembaga survei memang melakukan survei yang dipesan oleh seseorang, atau lembaga tertentu, termasuk oleh pasangan capres-cawapres. Kalau kita cek, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menawarkan program survei pilkada dan pemilu bagi pihak yang membutuhkan. Sedangkan Lingkaran Survei Indonesia malah telah memproklamirkan diri sebagai lembaga konsultan politik. Kalau begitu, berarti survei yang mereka lakukan tidak netral?


Memang lembaga-lembaga survei tersebut melakukan survei yang dipesan oleh pihak tertentu. Jadi mereka tidak independen secara finansial. Tapi terkait dengan hasil survei saya sendiri masih meyakini mereka independen. Pertama, mereka tidak mempertaruhkan kredibelitas lembaga dengan mengorbankan hasil survei. Kalau hasil survei mereka terbukti tidak akurat maka lembaga survei tersebut tidak akan dipercaya lagi untuk melakukan survei. Kedua, metodologi yang mereka pakai. Dengan metodologi inilah mereka menghasilkan data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Berikut adalah METODOLGI SURVEI yang biasanya dipakai oleh Lembaga Survei Indonesia untuk melakukan surveinya.

  • Survei opini publik nasional dengan populasi: semua penduduk Indonesia yang punya hak pilih.



  • Sampel: Sampel asal sebanyak 2000 dipilih dengan teknik multistage random sampling. Sampel akhir yang yang dapat dianalisis, respond rate (berhasil diobservasi) sekitar 99.5% (sangat baik): 1.989 responden. Dengan jumlah sampel ini, dengan memasukan factor cluster dalam sampling desaign, margin of error sebesar +/-2,8% pada tingkat kepercayaan 95%.


  • Wawancara dilakukan tatap muka.


  • Kontrol kualitas: 50% responden yang dipilih secara random dimonitor dan diverifikasi lewat telpon (setelah wawancara selesai, pewawancara lapor ke superviser untuk memastikan telah dilakukan wawancara dengan responden dimaksud); dan 20% secara random dilakukan spot check/didatangi kembali secara langsung oleh superviser.


  • Waktu wawancara lapangan 15-20 Juni 2009.


  • Prosedur Multistage Random Sampling dalam pemilihan sampel

  • Startifikasi 1: populasi pemilih dikelompokan menurut provinsi dan masing-masing provinsi diberi kuota sesuai dengan total pemilih di masing-masing provinsi.


  • Starifikasi 2: popuasi pemilih dikelompokan menurut jenis kelamin: 50% laki-laki, dan 50% perempuan.



  • Startifikasi 3: populasi pemlih dikelompokan ke dalam kategori yang tinggal di pedesaan (desa, 60%) dan perkotaan (kelurahan, 40%).



  • Cluster 1: Di masing-masing provinsi ditentukan jumlah pemilih sesuai dengan populasi pemilih masing-masing provinsi. Atas dasar ini, dipilih desa dan kelurahan secara random sebagai primary sampling unit. Berapa desa atau kelurahan? Tergantung jumlah pemilih di masing-masing provinsi. Ditetapkan untuk setiap desa dipilih 10 pemilih (5 laki-laki, dan 5 perempuan) secara random. Bila di Jawa Barat prosentase pemilih 17%, dan di Gorontalo 1%, maka kalau di Jabar dipilih 17 desa/kelurahan maka di Gorontalo dipilih hanya 1 desa/kelurahan, dst.



  • Cluster 2: Di masing-masing desa terpilih, kemudian didaftar populasi RT atau yang setingkat. Kemudian dipilih secara random 5 RT dengan ketentuan di masing-masing RT akan dipilih secara random dua Keluarga.



  • Contoh Profil Demografi Responden Setelah Diacak, Dibandingkan Dengan Data BPS (Update 15 – 20 Juni 2009)



    Artikel Terkait:

    Masukkan Email Untuk Berlangganan

    0 komentar:

    Post a Comment

    Berikan Komentar Anda! Saya Akan Sangat Senang Bila Anda Melakukannya. Tapi Ingat!!! Komentar Yang Membangun ya?. Trims.